Seputar Kabupaten Lima Puluh Kota
Kabupaten Lima Puluh Kota
merupakan salah satu dari 19 Kabupaten/ Kota terdapat di Propinsi Sumatera Barat. Secara geografis Kabupaten Lima Puluh Kota terletak antara 0° 22’ LU dan 0° 23’ serta antara 100° 16’ – 100° 51’ BT dengan luas daratan mencapai 3.354,30 km2. Kabupaten Lima Puluh Kota berbatasan sebelah Utara dengan Propinsi Riau, sebelah Selatan dengan Kabupaten Tanah Datar, sebelah Timur dengan Kabupaten Kampar Riau, di sebelah Barat dengan Kabupaten Pasaman.
Kabupaten Lima Puluh Kota yang merupakan salah satu dari 19 Kabupaten/ Kota yan ada di Propinsi Sumatera Barat, terbagi kepada 13 kecamatan dengan 76 nagari, dengan jumlah penduduk pada tahun 2004 sebanyak 325.157 jiwa dan kepadatan penduduk adalah 97 jiwa/km2
Topografi wilayahnya beragam, mulai berbentuk datar, bergelombang serta perbukitan. Terdapat empat gunung di daerah ini, Gunung Sago, Gunung Mas, Gunung Sanggul dan Gunung Bungsu. Terdapat setidaknya 13 sungai besar yang berhulu di wilayah ini, sebagian diantaranya bermuara ke Selat Malaka, di Propinsi Riau. Diantara sungai-sungai itu adalah Batang Maek, Batang Kapua, Batang Agam, dan Batang Kampar.
Posisi Lima Puluh Kota yang demikian, membuat daerahnya merupakan pintu gerbang Sumatera Barat di bagian Timur ke Propinsi tetangga Riau, dengan jarak tempuh yang relatif sangat dekat. Ketersedian sumber daya alam mineral, agroindustri, dan letak Riau yang berhadapan Selat Malaka, membuat pertumbuhan ekonominya sangat dinamis. Posisi ini berimplikasi kepada adanya prospek yang menguntungkan bagi pengembangan kepariwisataan seni dan budaya, ketimbang kabupaten/kota lain di Sumatera Barat.
Potensi lain yang mendukung kepariwisataan seni dan budaya itu didukung pula oleh keberadaan Kabupaten Lima Puluh Kota, yang dalam tataran adat budaya Minangkabau dikenal Luak Limo Puluah atau Luak Nan Bungsu. Ditambah pula ikatan genealogis yang berciri matrilineal linkages dengan pola garis keturunan ibu, sehingga makin mengokohkan potensi kebudayaan yang layak dikembangkan pusat pendidikan dan pembelajaran adat dan budaya, dan secara tidak langsung mendukung kepariwisataan.
Sehingga untuk ke depan, terbuka peluang bagi pengembangan potensi wisata alam seperti danau, sungai, lembah, goa, air terjun dan sebagainya. Produksi Lima Puluh Kota yang didominasi oleh pertanian, membuat agrowisata layak dikembangkan. Sebagian objek wisata alam tersebut adalah, Lembah Harau, Pemandian Alam Batang Tabik, Panorama Selat Malaka, dan Panorama Gunung Mas, kawasan BPT-HMT Padang Mengatas. Data menunjukkan tercatat sebanyak 189 buah objek wisata alam dengan aneka kombinasi, baik dengan kekayaan benda cagar budaya atau pun kultur budaya masyarakat setempat. Dari jumlah objek wisata ini sebagian besar terletak pada lahan yang dengan pola kepemilikan tanah ulayat, dan sebagian telah dikelola oleh swasta dan pemerintah kabupaten.
Posisi geografis Lima Puluh Kota membuat pula wilayahnya sejak zaman prasejarah telah berinteraksi dengan sejumlah kebudayaan besar, apakah Hindu, Budha dan Islam. Indikasi dapat dibuktikan dengan banyaknya peninggalan prasejarah yang berhubungan dengan kebudayaan-kebudayaan besar. Peninggalan itu seperti kebudayaan batu besar (megalithikum), yang tersebar di Lima Puluh Kota dengan jumlah besar. Ratusan benda cagar budaya, seperti artefak, tempat-tempat pemujaan, serta peninggalan Islam. Seperti Al Qur’an kuno, makam keramat, surau H.Piobang, dan sebagainya. Dalam episode mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, daerah ini memberikan kontribusi dalam mendukung kukuh dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Episode penting itu adalah sejarah Pemerintahan Darurat Repbulik Indonesia (PDRI) 1949. Berdasarkan data saat ini tercatat 59 buah situs benda cagar budaya.
Di segi lain, Kabupaten Lima Puluh Kota yang dalam terminologi adat dan budaya Minangkabau, dikenal dengan sebutan Luak Nan Bungsu, kaya dengan raga seni tradisional, budaya dan tradisi seperti kesenian rakyat yang sudah tumbuh dan berkembang ditengah-tengah masyarakat. Kesenian rakyat tersebut antara lain : randai, pencak silat, calempong, saluang, sijobang, sirompak. Sampelong, dabuih, dan lain-lain. Potensi seni dan budaya ini tercatat 122 grup dengan 15 cabang seni. Semua itu merupakan aset yang sangat berharga untu dipelihara sebagai potensi budaya yang dapat dipromosikan sebagai objek wisata di Kabupaten Lima Puluh Kota.